AKU MANGAGUMIMU DALAM DIAM

Standard

Menjelang pagi. Titik-titik embun masih menempel lekat dikaca jendela kamarku. Udara yang begitu dingin memeluk erat tubuh ini. Rasanya aku masih ingin berada dalam selimut hangat ini untuk menghindari udara yang dingin pagi ini. Jujur aku paling tidak suka bangun pagi, terlebih kalau hari senin. Huufftt…. hari senin bukanlah hari yang paling aku nantikan, dimana hari senin adalah hari semua orang memulai aktivitas. Dan itu adalah penyakit bagi aku yang tidak menyukai hari senin.

Aku terbangun bukan karena bunyi alarm yang memenuhi kamarku, bukan juga Dia teman satu kamar  si Miss lelet yang aku beri tugas membangunkanku tiap hari, tapi aku terbangun karena volume suara kerasnya Novia yang menggemparkan seluruh penghuni kost, aku sering berkata dalam hati, “ Novi pliss tolong kecilkan suaramu sedikit aja oke, ” tak hanya Novia ada juga eka  yaaa… mereka ini bak Duo Maya yang sedang mengadakan konser dikosan, suara mereka acap kali membangunkanku bahkan sering mengganggu aktivitas tidur lelapku. Tapi walau begitu mereka ini adalah teman yang unyu dan unik Novia yang menggemari penyanyi dangdut Ayu ting-ting namun agak lemot bila diajak ngobrol, dan eka si alay yang tiap hari menirukan gaya artis korea mulai dari Super Junior, Super Star, Super Semar atau apalah itu aku gak faham. Oh iya kenalkan namaku Aulia aku kuliah di salah satu Universitas Negeri di Malang, di keluargaku aku adalah anak yang paliiiing disayang, ya iyalah secara aku anak semata wayang jadi kalau ngga sayang ke aku ke siapa lagi. Saat ini aku tinggal dikost bersama sepuluh cewek-cewek cantik yang berasal dari berbagai penjuru daerah, itu sebabnya kita memberikan nama kost tercinta kita dengan mana kos cantik hehehe..!!. Ada pepatah yang bilang tak kenal maka tak sayang oleh sebab itu aku akan memperkenalkan satu per satu penghuni kost cantik, kalau tadi aku sudah ngenalin Dia teman satu kamarku, dan si Duo Maya Novia dan Eka sekarang aku bakal kenalin tujuh cewek yang dijamin ngga kalah gilanya, yang pertama adalah Ayu Purple itu nama bekennya di facebook dia adalah penghuni paling senior di kost ini, itu sebabnya dia diberi jabatan sebagai kepala suku dikost, dalam hidupnya dia sering kali melemah oleh suatu hal yang ngga tau sebab musababnya, kemudian ada Vita dia senior kedua setelah Ayu Purple jabatannya sebagai bendahara yang biasa mengatur operasional kost, dia selalu mendambakan pria yang setia, sholeh dan ganteng seperti Indra Sinaga vocalis Band Lyla itu tau kan, sebenarnya aku ingin sih merekomendasikan Vita ini ke tetanggaku namanya sholeh kan dia suka yang sholeh-sholeh tuh kali aja mau gitu sama tentanggaku sholeh hehehe..!!!, oke lalu ada Balgis cewek asal Palu ini paling betah kalau dikamar sambil mantengin laptop muter lagu-lagu korea itu juga kegemarannya, selanjutnya ada Melati cewek berambut merah ini memang sedikit pikun selalu lupa kalau naruh barangnya sendiri tapi cukup kreatis paling bisa kalau menciptakan fokeb baru yang ngehits di kost, siapa lagi yah??!!. Oh iya Dilla, Dilla ini hari-harinya selalu disibukkan dan dipenuhi dengan tugas-tugas kuliah gak heran kalau uda ngerjain tugas dia betah berjam-jam didepan buku, yang terakhir ada Diha dia penguhuni baru demen juga kalau bersemedi di kamar entah sekedar istirahat atau ngerjain tugas kalau ngga lagi laper dia gak bakal keluar kamar.

***

             Hari ini adalah hari pertama disemester baru aku kuliah pukul 07.00, aku bersigap dari tempat pembaringanku semalaman ini dan melesat ke kamar mandi sebelum aku mendapat nomor urut tujuh untuk mengantri kamar mandi, huft… secepat apapun aku melangkahkan kaki tetap saja aku harus mengantri.

Beberapa saat kemudian aku sudah siap untuk meluncur ke kampus, sesampai di kampus aku berjalan sesekali mencari tanda-tanda kehidupan teman-temanku disepanjang koridor, ternyata gak ada satupun teman yang aku temui, gilaa… hari pertaman masuk kuliah aku telat ini gara-gara antrian nomor kamar mandi nihh aku telat, aku segera mencari kelas untuk kuliah jam pertama ini dan ternyata kelasnya ada di ruang dua, perlahan aku mulai ketok pintu berharap tidak bertemu dosen yang menyeramkan sehingga aku diperintah untuk balik pulang lagi, “tok!!!tok!!!tok!!!…, suara ketokkan pintu

Saat pintu kubuka kaki kanan kulangkahkan lebih dulu tak beberapa lama kaki kiriku mengikuti, tiba didalam kelas pandanganku tertuju pada pria berkacamata yang ada didepan kelas, angin semilir masuk melalui ventilasi jendela kelas memasungku dalam lamunan penuh kesejukkan sejenak aku tertegun dengan apa yang aku lihat “ aku gak salah masuk kan?! ” aku bertanya pada diriku sendiri seolah menegaskan bahwa ini adalah kelas kuliahku bukan ruang tunggu Afgan yang menanti waktu untuk perfom dalam sebuah konser,” gila ganteng banget, nih cowok siapa? Apakah dia mahasiswa juga? “, hatiku dihinggapi beribu pertanyaan.

“ Silahkan duduk ” suara lembut itu membuyarkan lamunanku, “ oh iya maaf telat ”,” iya gak apa-apa”, aku memandangi seisi ruangan berharap ada satu bangku kosong yang bisa aku duduki dan yess!! Aku dapat, aku duduk tepat disamping temanku yang super gila jaya, yaa…dia adalah temanku yang sama mempunyai tingkat gila amat tinggi, kalau aku sudah bercanda sama dia hemm…dunia ini bisa hancur akibat ulah kami, “ sorry telat “,

“ hahh telat?!telat berapa bulan? “, “ maksud L? “,” katanya telat, telat berapa bulan “,” heh maksudku tuh telat masuk “,” ooh kirain telat yang lain, kalau ngomong yang jelas donk, jangan bikin saya jadi ambigu saja “,” emang dasar otak kamu aja yang jorok “,” uda dari tadi ya musuknya?”,” gak kok baru juga dimulai “,” ooh,eh itu dosennya?”,” iya!!”,” serius…..!!! wahh kalau dosennya kayak gini biarpun kuliahnya tiga jam mah aku juga betah, pintar juga pak Nasution mencarikan dosen yang bening-bening gini tau aja selera anak muda “,” stres “ guman jaya “ apa kamu bilang? ”,” gak, gak apa-apa “,” eh kita berdua itu sama-sama stres, pernah masuk rumah sakit jiwa bareng,sembuh juga bareng jadi jangan menganggap kalau kamu yang paling waras, huft…ngajak ribut “,”oke ampun-ampun saya tidak akan mengulanginya lagi “, “ ehemm-ehem, maaf itu mbak yang baru datang minta tolong minta perhatiannya ya!”,” oh iya pak maaf “ akhirnya suara lembut itu mengakhiri kericuhanku dengan si gila jaya, karena aku masih penasaran dengan siapa nama dari pemilik wajah rupawan itu, aku memberanikan diri untuk bertanya,” oh iya pak, bapak kan belum memperkenalkan diri “,” tadi saya sudah memperkanalkan diri “, sumpah bahasanya yang amat sopan membuat hatiku hanyut kealiran sungai amat dalam, “ kan sama yang lain pak, sama saya belum pepatah bilang tak kenal maka tak sayang jadi kalau bapak ingin saya menyayangi bapak, oops maksud saya menyayangi mata kuliah bapak, bapak harus memperkenalkan diri lagi ke saya “, seisi kelas memandangiku dengan mimik terheran atas kelakuanku, “ dasar cewek gila “, terdengar suara sedikit sayup diseberang sana, suara Nita, temanku ini juga mempunyai keterbelakangan jiwa seperti aku tapi dia masih dalam tahap normal. Dengan penuh kesabaran akhirnya bapak dosen muda yang ganteng itu mau memperkenalkan diri, hemm… gak cocok deh kalau aku panggil pak yang aku lihat dia masih muda banget panggilan yang lebih cocok untuknya adalah mas dosen yang ganteng.

“ baik, perkenalkan nama saya Denni Pramayoga boleh panggil saya Denni atau Yoga alumnus Brawidjaya, angkatan 2007 komunikasi public relations disini saya akan mengajar mata kuliah dasar-dasar public relations “, seolah tidak puas dengan perkenalan mas dosen ganteng itu saya masih bertanya, “asalnya mana pak, eh mas? “, “ saya asli probolinggo, ada lagi yang ditanyakan? “, “ oh gak mas cukup terima kasih “,” baik kalau ngga ada kuliah kita lanjutkan “, mendengar nama Brawidjaya sama tahun 2007 aku jadi teringat sama temanku Dixon yang kebetulan juga kuliah di universitas yang sama dan jurusan yang sama, dalam hati aku berguman “ hehe boleh nih kalau aku sedikit mengorek info dari Dixon soal mas dosen ganteng ini ”.

***

Tak sabar ingin tau tentang mas dosen ganteng pulang kuliah aku langsung menemui Dixon, Dixon ini adalah penyiar radio dimalang yang cukup beken fensnya banyak banget, kebetulan hari ini dia ada siaran siang jadi aku bisa langsung ketemu dia distudio. “ hai Dixon uda selesai nih siarannya? “, senyum mengembang Dixon menyambut kedatanganku di studio “hai Aul uda baru aja kelar, entar jam enam siaran lagi gantiin temen, kamu dari mana lecek banget tuh muka? “,” iya nih aku baru pulang kuliah terus kesini, kamu uda makan belum nih aku bawa siomay dua bungkus kita makan bareng yukk “,” wah..! tau aja kamu kalau aku lagi kelaparan “, beberapa saat kemudian kita menikmati makan siang yang agak telat ini, sebelum aku mengajukan pertanyaan aku membiarkan temanku ini menghabiskan siomaynya dari pada nanti tersendak akibat makan sambil ngomong. Selesai makan dia yang memulai pembicaraan, “ kamu tumben pulang kuliah langsung kesini, gak sms dulu lagi biasanya kamu sms atau telepon dulu kalau mau kesini “,” emm ngga apa-apa tadi pas aku dengerin radio yang ada suara kamu jadi ya uda aku langsung kesini aja “,” ooh, beneran? “,” iya beneran “, sepertinya dia mempunyai firasat atas kedatanganku yang begitu tiba-tiba kali ini, aku mulai membuka topik pembicaraan kembali. “ emm Dixon aku boleh tanya ngga? ”,“ gak boleh“,” iihhhh kamu ini nyebelin banget sih mau tanya gitu aja gak boleh, ya uda ngga jadi tanya “,” bhahha… ngambek?! “,” habisnya mau tanya dikit aja gak boleh pelit banget “,”    hahaha..! lagian kamu mau tanya aja pake izin segala, emang mau tanya apa sih?“,”gini kamu kenal gak sama yang namanya Denni?“,”Denni?! Denni Pramayoga?“,”yup bener banget, kamu kenal sama dia? “,” ya kenal lah kita kan satu kelas, satu jurusan, dulu waktu ospek kita juga satu kelompok, kamu kenal juga sama Denni? “,” iya aku baru mengenalnya tadi, dia loo dosenku “,” hah masak sih denni jadi dosen wah hebat ya dia, aku aja belum lulus dia uda jadi dosen”,” hemm ganteng ya dia, eh dia itu tipekal orang gimana? “,”  emm dia tuh anaknya pinter, aktif di oragnisasi, baik, kok kamu jadi pengen tau tentang dia hayooo jangan-jangan kamu naksir lagi sama Denni, hayoo ngaku?! “ hih gak aku kan Cuma pengen tau aja, berarti dia kenal juga donk sama Ivan, sama mbak Uli? “,” ya kenal lah kan satu kelas juga”,” uda punya pacar belum?”,” hahaha dasar kau Aul “,” hiih aku kan Cuma tanya Dixon”,” selama aku kenal dan berteman sama Denni aku belum pernah lihat atau dengar dia pacaran “,” oh gitu oke deh thanks ya infonya”, aku berlalu pergi sambil melambaikan tangan dengan hati yang diselimuti rasa puas telah berhasil mendapatkan info tentang mas dosen ganteng itu, yess belum punya pacar boleh nih hihihi..!!” eeh  Aul kamu mau kemana datang, pergi gitu aja awas lo ya “.

***

            Di hari senin pertemuan kedua disemester baru ini, tak seperti biasanya aku bangun dengan kaki yang berat, pagi ini sepertinya aku mendapat energi baru dalam diri aku, aku bergegas mandi dan cepat-cepat berangkat kekampus, hari ini adalah kuliahnya mas dosen ganteng aku tak ingin menambah deretan panjang lagi tentang citra diriku yang kerap kali telat datang ke kampus, beberapa menit kemudian, Taraa…!! pengeran yang aku nantikan akhirnya menampakkan diri, aku mancari tempat duduk dibarisan paling depan agar bisa lebih seksama memandang wajah penuh keteduhan itu. Tiba-tiba brakk!! Si gila jaya datang dan duduk tepat disebelahku,” hai coy tumben banget gak telat “,” kamu mengaharapkan aku datang telat lagi, ya uda kalau gitu sekarang aku bakal balik lagi ke kost dan berjalan ala siput atau kura-kura biar aku telat “,”ooo santai coy sensi banget lagi dapet ya buk”,” uda diam kuliah mau dimulai “,” kamu gak salah minum obat kan mbak “,”ngajak ribut?“,” oke santai-santai “. Selama perkuliahan berlangsung aku hampir tak memperhatikan teori yang disampaikan mas dosen ganteng seluruh perhatianku tertuju pada makhluk Tuhan paling sempurna ini, jika mas denni adalah sebagian kecil dari seperempat ketampanan yang dimiliki nabi muhammad lalu seperti apa nabi yusuf yang kata para pak ustadz ketampanan nabi yusuf ibarat buah semangka yang dibelah menjadi dua yang separuh semangka itu hanya untuk ketampanan nabi yusuf, subhanallah, oke cukup tausiahnya!. Selesai kuliah langit terlihat tak bersahabat dengan kita cuaca mulia mendung, pagi-pagi gini uda mau hujan saja, dan benar saja selang beberapa menit kemudian langit tak mampu lagi membendung derasnya air dibalik awan, jadi inget lagunya peterpan, akhirnya kita terjebak hujan dikelas sebagian teman ada yang berteduh didepan kelas, sebagian ada yang berlari nekat menyusuri rintikan hujan, dan aku tetap didalam kelas, pucuk dicinta ulampun tiba alam semesta mendukung atas keinginan hati kecilku hujan ini memang membawa berkah buat aku, dikesempatan ini aku bisa berdua dua dalam kelas bersama mas dosen ganteng, tentu aku tak ingin waktu ini terlewati tanpa kesan. Didalam kelas aku memberanikan diri untuk memulai pembicaraan dengan mas denni ganteng, “ mas”, aku memecahkan keheningan, “ iya dek kenapa?”, apaahh dia panggil aku dek, “ mau tanya”,” tanya apa?”, ya Tuhan tutur kata yang amat lembut seolah melumpuhkan persendian dalam tubuhku, “ mas denni kenal sama Dixon?”,” emm Dixon Saragi? ”, mata kita mulai saling bertemu pandangannya begitu tenang, tak ingin aku pingsan ditempat karena tak kuasa melihat pandangannya aku menundukkan kepalaku saat berbicara dengannya, “ iya mas Dixon Saragi dia satu universitas kan sama mas Denni? “,” iya kok adek kenal sama Dixon?”, “ iya aku kenal dia diradio, dulunya sih sering dengerin dia kalau lagi siaran karena saking seringnya jadi kita akrab terus kita ketemu deh”,”oh iya sering ketemu sama dia, gimana kabar dia sekarang uda lulus belum ya? ”,” tinggal sidang katanya mas”,” wahh salam ya buat Dixon ”,” iya nanti kalau ketemu aku sampaikan, berarti mas Denni kenal juga donk sama Ivan, sama Mbak Uli? ”,” iya kita semua satu kelas kamu kenal sama mereka juga? ”,” kan mereka satu habitat mas “,” bisa aja..”, senyum tipis menghiasi wajah manis mas Denni, sejenak kami larut dalam perbincangan tak terasa hujan mulai reda, andaikan hujan ini bisa lebih lama lagi tapi tak apalah hari ini merupakan hari yang amat bersejarah bagiku, dari perbincangan itu kita mulai mengenal satu sama lain kita mulai akrab, aku sedikit bercerita tentang diriku demikian juga dengan mas Denni ganteng, hemm aku bahagiaaa… banget!! serasa melayang membelah langit hingga sampai pada lapisan ketujuh.

***

            Kehadiran mas Denni memberika atmosfir baru dalam hidupku aku, dia bagai matahari yang terbit menyinari hatiku yang redup walau aku bukan siapa-siapa baginya tapi bagiku dia spcesial banget, perlahan aku mulai melupakan kegalauan hatiku yang sempat kelam oleh karamnya cinta dimasa lalu, aku semaaaangat banget kuliah terlebih hari senin yang dulu amat aku benci kini senin menjadi hari yang paling aku nanti.

Kring!!kring!!kring…..!!! tangan meraba seluruh ranjang berusaha menemukan hanphone, dengan mata yang masih lengket seperti satu botol lem merekat dimataku, kulihat satu panggilan dari Desy teman satu kelasku, ngapain Desy pagi-pagi gini telphon, dengan suara berat aku mengangkat telphone Desy, “ Hallo Des ada apa? “,”mbak,mbak masi tidur? “,” iya ini kan hari minggu Des ngga ada kuliah kan? “,” iya mbak ini memang hari minggu mau tanya ke mbak Lia, nanti ikut acara talkshow gak mbak “,” oh iya hampir aku lupa Des untung kamu ngingetin, jam berapa acaranya? “,” jam 10.00 mbak “,” kamu ikut gak? “, “kalau mbak Lia ikut aku juga ikut hehehe!”,” aah dasar kau Des, ya uda ikutan yuk! “,”oke mbak entar aku tunggu dikostku ya, jangan lupa mbak dresscoadnya pake kemeja hitam“,”hah hitam?! Ini mau acara Organisasi atau mau ngelayat des?”,” hehe ngga tau mbak ketentuannya gitu “,” oke deh thanks ya, sampai ketemu nanti “.

Jam 9.30 aku uda siap untuk meluncur ke acara taklshow, dari kejauhan aku lihat Desy sudah gelisah melihat jam ditangannya, dia pasti sudah menungguku dari tadi, “ hai Des uda lama ya nunggunya? “,” gak kok mbak belum juga satu jam “,” hehehe sorry Des tadi habis kamu telphon aku tidur lagi“,”dasar kamu ini mbak cewek kok molor terus bangunnya“,” mumpung hari minggu Des, ya uda cap-cus yukk “.

Tiba dicafe kamu berdua segera naik ke lantai dua, karena acara Taklshow Branding akan akan di adakan dilantai dua, acara Talkshow Branding ini di laksanakan oleh Organisasi kita tapi Organisasi Senior dan aku sama Desy adalah anggota  yang Junior mendapat undangan khusus untuk pelaksanaan acara ini, 10 menit sebelum acara dimulai aku sudah melihat beberapa panitia yang masih sibuk melakukan checklist. Datang sosok cewek berambut pendek menyambut kita, “ hai Aulia, hai Desy apa kabar, kalian Cuma berdua aja yang lain gak ikut? “,” hai Ritza, baik kamu sendriri apa kabar, iya kita cuma berdua yang lain lagi ada acara jadinya gak bisa datang “,” oh gitu “. Ritza ini adalah temen satu Oraganisasi Muda sama kita tapi dari Universitas yang berbeda dengan kita. “ ya uda aku tinggal dulu sebentar ya! “,” oke “, kali ini Desy yang menjawab.  Kami segera mancari tempat duduk karena temen-temen dari Universitas lain uda ngumpul jadi kami gabung dengan mereka. Sembari menunggu acara dimulai aku melihat satu per satu sudut cafe, dari kejauhan nampak sosok yang tak asing pria berkacamata, memakai kemeja warna biu langit dengan hiasan dasi garis-garis yang mengikat dikerah kemejanya. Sosok pria itu adalah mas Denni yang ternyata anggota dari Organisasi Senior, Tuhan kau sungguh luar biasa menyusun skenario ini untuk aku dengan mas Denni. “eehh mbak ada mas Denn “, bisik Desy “iya Des aku uda lihat kok“, “ ciieeeee…!! seneng nih mbak lia bisa ketemu mas Denni “,” Desy uda jangan ngledek disini banyak temen-temen malu “, “ tapi seneng kan “, jujur wajahku tersipu malu blush on yang ada dipipiku jadi bertambah merah akibat peretmuan ini. Terlihat mas Denni berjalan menuju ke arah kami dengan senyum tipis yang selalu menghiasi wajah gantengnya, “ haii semua apa kabar nih? “, sapa mas Denni, sementara aku menunduk tak berani menatap matanya. “ hai juga mas Denni “, balas teman-teman serempak, Desy mulai membisiki telingaku  dan berguman, “ nyapanya ke kita kok ngelihatnya ke mbak lia sih?! “,”apa sih Des kamu ini“,”serius mbak mata dia lo tertuju padamu mbak”, “ Desy jangan bikin aku GR “,” aahh mabak Lia ngga percaya”. Tiba-tiba terdengar suara yang sama menyapaku “ hai Aul “, “ hai mas Denni “, dengan nada gemetar aku membalas sapa mas Denni “ kok Cuma berdua aja yang lain kemana? “,” ada keperluan lain mas jadinya gak bisa ikut “,” oh gitu “, aku hanya tersenyum karena seluruh anggota tubuhku beku terpaku oleh sapaan lembut mas Denni.

Akhirnya acara Taklshow pun dimulai, kali ini aku bisa lebih jelas memandangi wajah ganteng mas Denni selain karena duduknya dengan garis horizontal didepanku, mas Denni juga bertindak sebagai moderator dalam Talkshow Branding tersebut. Selama acara berlangsung aku memanfaatkan acara ini untuk mencuri kesempatan melirik mas Denni, dan gak tau kenapa setiap kali aku melirik mas Denni aku selalu ketangkap basah sama dia, ketika aku meliriknya mas Denni juga balik memandang ke arahku dan tersenyum, alhasil yang aku dapatkan hanyalah kemaluan, aku seakan ingin berlari dari rasa malu ini, sementara Desy semakin membabi buta saja meledekku karena diam-diam Desy melihat tingkah anehku dan mas Denni, saling berpandangan dan saling tersipu malu, hemm lebih tepatnya saling memalukan. “ cieee mbak Lia saling curi pandang nih yeee “,” apaan sih des “,” hem aku uda perhatiin kalian dari tadi diam-diam kalian saling curi pandang kan?! “.” Uda aah jangan ngledek terus “. Di tengah acara mas Denni menghampriku, waduuhh jantungku sersa ingin copot saja,” Aul “,” iya mas ”, “ foto yuk “, aku sempat bengong dan berharap telingaku tidak kongslet atas apa yang baru saja aku dengar, “ apa foto mas, kita semua? “,” bukan Aul  aja “, “ hah saya mas?? “, Tuhan aku berharap telingaku dalam keadaan sehat, “ iya kamu “,” berdua sama Desy ya mas “,” ya uda tapi nanti Aul foto sendiri ya “,” iya deh “, berbagai macam pertenyaan menyelinap dalam benakku, apaahh kenapa mas Denni minta fotoku??????.selesai acara aku dan yang lain menikanti makan siang bersama, jam 12.00 bertepatan dengan adzan dzuhur, sebelum menikamati makan siang aku berkeinginan untuk mengisi absen dulu di daftar perintah wajib, karean aku tak tau musholanya dimana akhirnya aku memutuskan untuk bertanya pada waiters di cafe itu. “ mbak mau tanya nih, musholanya dimana ya? “,” oh ini lurus aja mbak, nati belok kiri musholanya ada disitu “,” oh iya makasi mbak “. Saat aku berjalan aku mendengar suara memanggilku, “ Aul “, aku menoleh dan melihat mas Denni berjalan mendekat ke arahku, “ iya mas “,” dek Aul mau kemana? “,” mau dzuhur mas, mas Denni sendiri mau kemana? “,” sama aku juga mau dzuhur, barengan aja “, “ya uda yuk”. Beberapa saat kemudian kita bersiap di dalam mushola, mas Denni menawari untuk berjama’ah tentu saja mas Denni yang jadi imam, aku mengikuti setiap gerak  khusyuk yang dilakukan mas Denni, hari ini adalah hari terindah dalam hidup aku, melaksanakan ibadah dengan orang yang begitu aku kagumi ini suatu kebahagiaan yang tak terlukiskan, lantunan ayat yang terucap memberikan keteduhan dalam hatiku, tak hanya rupawan dan pintar pria yang mengimami ibadahku ini telah membuatku takjub dengan kataatannya, dalam sujud kuselipkan sebuah doa “ Tuhan beri aku pria seperti dia “. Selesai ibadah kami sempat berbincang sebentar. “ deka Aul uda makan? “,” belum mas “,” kok belum?! “,” tadi pas mau makan ingin dzuhur dulu “,” oh gitu, ya uda balik sekarang yuk “. Kami bergegas kembali dan berjalan sejajar menyusuri jalan.

“ iiihh mbak Lia darimana sih aku cariin mbak?! “ suara manja Desy menyambutku “ habis dzuhur Des “, “ mbak ngga makan? “,” iya ini mau makan “,” mbak kita lansung pulang yuk, aku uda ditunggu sama temen buat ngerjain tugas kelompok mbak “,” ya uda habis ini kita cap cus, gak ada acara lagi kan?! “,” gak kok “. Selesai makan aku dan Desy langsung balik sesampai dikost tertengar suara sms memanggil, saat aku membuka terlihat tulisan

Dari mas Denni ganteng “ Dek Aul dimana kok uda gak kelihatan? “

Dengan mata berbinar aku membalas sms mas Denni “ maaf mas aku pulang duluan soalnya Desy ada janji sama temennya “. Berbagai macam bunga saat ini bermekaran dalam hatiku, bertaburan memenuhi sanubari kebahagiaanku.

***

            Hari demi hari disemester ini aku lalui dengan penuh keceriaan, hingga tak tarasa ujian akhir semester sudah menanti, ini adalah semester paling indah dan bersejarah dalam hidupku aku ingin lebih lama mengarungi semester ini, aku ingin waktu berhenti agar aku tak berpisah dengan pria sempurna yang amat aku kagumi, mas Denni. Namun waktu tak bisa berhenti waktu tetaplah berjalan, perasaan gundah mulai merasuk dalam sanubariku, ribuan pertanyaan menghantui pikiranku, apa aku akan bertemu lagi dengan mas Denni, sosok pria yang memberiku warna dalam kehidupanku, tapi tak apalah pertemuan singkat ini meninggalkan kesan yang amat mendalam.

Senin ini hari pertama ujian akhir semester, sesuai jadwal ujian hari pertama ini adalah mata kuliah mas Denni, dan mungkin ini adalah senin terakhir aku bisa menatap mas Denni. Suasana kelas begitu tenang dan hikmat semau teman-teman mengerjakan soal dengan penuh konsentrasi, nampak keseriusan diraut wajah teman-teman, demikian juga dengan aku sejenak aku menghilangkan kepiluan yang akhir-akhir ini hinggap dalam hatiku. Waktu sudah menunjukkan pukul 8.20 tanda bahwa waktu untuk mengerjakan soal sudah selesai, semua teman-teman bergegas mengumpulkan lembar jawaban, semua lembar jawaban sudah terkumpul, mas Denni mulai memecah suasana sunyi dalam kelas. “ baik teman-teman terima kasih untuk hari ini, terima kasih untuk semester ini senang rasanya saya bisa berkenalan dengan teman-teman,bekerjasama dengan teman-teman, maaf kalau selama saya mengajar disemester ini mash banyak kekurangan, dan belum bisa membimbing dengan baik, semoga disemester depan teman-teman bisa mendapat pembimbing yang lebih baik dan saya yakin akan lebih hebat, sukses terus untuk kita semua dan tetap semangat ”. Berbagai macam perasaan bermuara dalam hatiku tapi yang pasti satu perasaan besar yang aku rasakan, sedih. Ya Tuhan mas Denni benar-benar pamit, aku tidak akan bisa bertemu dengannya lagi, sesingkat ini kah pertemuan kita. Tak lama setelah mengucapkan salam perpisahan mas Denni langsung meninggalkan kelas, hanya senyum tipis khasnya yang dia berikan untukku tak tau apa arti dari senyuman itu, aku hanya bisa diam lidahku keluh hanya mampu menatapnya tanpa membalas senyumannya.

Dia keluar dari kelas dan berjalan menjauh, ingin rasanya aku  mengejar langkah kakinya, ingin aku meraih tangannya, namun nyaliku terlalu kecil untuk melakukan itu, saat ini aku hanya terpasung dalam gejolak penuh kata.

izinkan aku menjabat tanganmu, karena aku tak pernah tau apa nanti akan ada salam jumpa lagi, kau tau mas selama ini aku mengagumimu , bertemu denganmu adalah hal terindah dalam hidupku, bisa kenal denganmu adalah kebahagian yang tak bisa kulukiskan, kau telah menyentuh hatiku, kau datang bagai matahari  menerangi hati yang  redup, namun disaat hati redup ini mulai menemukan cahayanya engkau pergi dan meninggalkan pilu di sanubari, hanya senyum penuh kerisauan sebagai isyarat hati yang padam oleh suryamu, terima kasih kau sudah hadir dalam hidupku, kehadiranmu sudah lebih dari cukup walau singkat namun itu amat berarti bagiku, semoga kau  sukses diluar sana, apa yang kau cita-citakan bisa tercapai, aku akan selalu berdoa untukmu sampai jumpa dikehidupan berikutnya aku pasti akan merindukanmu”.

Mas Denni berjalan semakin jauh aku tetap berdiri terpaku melihat dia manusia yang aku kagumi berlalu. Hari senin adalah hari dimana aku bertemu mas Denni dan dihari senin juga aku berpisah dengan dia. Aku segera merebahkan tubuhku dikasur spon kamarku, memejamkan mata, merasakan sisa-sisa sejak dihatiku, segera kuambil buku mencoba menyiratkan segala perasaan melalui goresan pena, kata demi kata kurangka hingga menjadi sebuah kalimat yang melukiskan isi hatiku saat ini.

 

Sesungguhnya yang mendatangkan rasa cinta ini, yang mendatangkan rasa kagum ini, yang memekarkan hati ini adalah dari-Nya. Sungguh aku hanya bisa menerimanya. Aku hanya bisa pasrah tertegun tak bisa mengelak atas perasaan ini padamu.
Tertegun dalam keindahan akhlakmu. Tertegun dalam manisnya lisanmu. Tertegun dalam tenangnya pandanganmu. Dan tertegun pula dalam kesejukan nasehatmu. Semua begitu sempurna, sungguh sempurna. Sesempurna sesuai firman-Nya.
Aku yang mengagumimu dalam diam. Seperti mentari yang menyapa bunga-bunga bermekaran. Tak pernah menyentuh namun cintanya terasa bagi kuntum-kuntum bunga yang sedang bermekaran itu.
Karena aku mengagumi maka. Izinkan aku tak mengusik ketenangan hatimu. Tak mengapa aku tak bertegur sapa lagi denganmu. Cukuplah bagiku menyapamu dalam doa-doaku.
Cukuplah bagiku tersenyum lezat melihatmu bahagia. Cukuplah bagiku menyebut namamu dalam hamparan sajadahku.
Aku yang tersentuh akhlak muliamu, aku yang terkagum lekat dalam sikapmu, mencintaimu dalam diam mungkin lebih baik bagi diriku dan dirimu. Lebih mulia bagi perasaanku dan perasanmu. izinkan aku mencintaimu dalamn keikhlasan karena aku tak pernah tau apakah engkau yang tercatat dalam lauful mahfudz untukku?
Karena aku tak pernah tau adakah balasan darimu untukku. Biarlah kuasa Tuhan yang menggerakan hatimu untukku.
Bukan karena mencintaimu dengan diam aku akan menderita. Bukan karena mengagumimu dengan diam aku akan merana.
Namun, ketika ku artikan cinta itu pada sisi kehadiran dan kebersamaan denganmu. Maka itu lah penderitaan yang sesungguhnya.
Aku yang mencintaimu dari kejauhan. Walaupun sungguh aku merasa sangat dekat denganmu.
Biarlah aku dekap rapat perasaanku ini. Biarlah aku tutup rapat hingga Tuhan mengizinkan pertemuan kita kembali. Namun jika memang engkau bukan tercatat untukku. Jika memang engkau hanya hiasan duniaku yang sementara, sungguh aku yakin Tuhan akan menghapus cinta dalam diamku padamu. Tuhan akan menghilangkan perasaanku untukmu. Dia akan memberikan rasa yang lebih indah pada orang yang paling tepat. Begitulah kuasa-Nya. Begitulah Dzat yang membolak-balikan hati hamba-Nya.
“Ketika aku tak lagi terkagum denganmu, maka pahamilah jejakku.. Karena mungkin, aku pernah menulis tentangmu dan meyapa namamu dalam tiap untaian doaku”.

 

Leave a comment